Langsung ke konten utama

Postingan

Memeluk Waktu

Hidup ini perjalanan yang menyimpan banyak rahasia. Kita pikir kita tahu, kita pikir kita ngerti, tapi sebenarnya kita ngga ngerti apa-apa kan? Besok bakal gimana, nanti bakal gimana, jalan ini akan lurus atau berbelok. Kita baru tahu saat sudah melalui. Saat udah lewat. Tapi satu hal yang pasti, dalam perjalanan itu kita semua akan bertemu dengan banyak orang. Sebagian cuma selewat, sebagian sempat singgah sesaat, sebagian tinggal, sisanya pergi ngga pernah kelihatan lagi. Biarpun begitu, setiap pertemuan, hubungan, dan bahkan perpisahan itu ada alasannya. Semuanya ada maknanya. Dan yang pasti kita semua tuh punya fungsi untuk satu sama lain.  Sekarang saatnya. Setelah cukup lama memberi jeda, aku ingin kembali pada diriku yang dulu. Ternyata untuk memulai kembali tidak semudah itu. Tidak apa. Aku akan tetap mencoba. Mulanya aku tidak tahu akan menulis tentang apa. Kata-kata begitu cepat menguap dan hilang begitu saja. Dan aku berpikir lagi, cukup lama. Lalu, ada yang terlintas.  Pada
Postingan terbaru

Manusia Serapuh itu

Teorinya, manusia menduduki tahta tertinggi dibanding spesies lain  karena akal budi dan kebisaannya merasa.  Sodorkan pernyataan ini kepada siapa pun dan mereka akan mengangguk-angguk mengamini. Yang-luput disadari orang-orang adalah bahwa apa yang membuat manusia kuat juga jadi hal yang membuatnya lemah.  Our strength is our weakness . Kemampuan berpikir dan merasa itu justru menjadikan manusia makhluk yang lemah. Dan mau tahu apa yang membuat manusia paling rapuh?  Kata-kata .  Seuntai lirik lagu bisa dengan mudahnya menyeret seseorang ke kenangan-kenangan yang seharusnya tidak lagi menghuni ruang ingatan. Sepotong kata menyakitkan bisa serta merta membangkitkan amarah sama seperti satu kalimat sederhana punya kekuatan untuk membuat seseorang jatuh hati. Pujian bisa menerbangkan setinggi langit dan di waktu lain giliran celaan yang menjatuhkannya hingga terpuruk. Dihadapkan dengan kata-kata, manusia dan perasaannya serapuh itu. Manusia dan perasaannya selalu serapuh itu  ❤☺☺

Bertahanlah

Tanpa harus mengutip dari siapapun, semuanya juga paham bahwa air mata menyimpan entah berapa banyak cerita dan rahasia. Setiap tetes membungkus peristiwa-peristiwa dan penyesalan yang menyertai.  Yang membasahi pipiku sekarang bukan menandai penyesalan, duka, atau kehilangan. Sesal, duka, dan rindu, meski sulit, bisa sembuh dengan berlalunya waktu. Dalam getir, setiap tetes tangis ini meratapi satu hal yang kebal bahkan dari waktu. Hati seorang perempuan berusia 27 tahun yang menantang kemustahilan dan berharap ada mujizat yang menghampirinya.  Namun begitulah dinamika hidup, kita akan dipertemukan dengan sesuatu yang jauh dari keinginan.  Bahwa hidup tak selalu melulu tentang senang, tak juga sekedar sedih. Ada batas yang memisahkan keduanya. Ada sebuah jeda yang bisa kita sebut sebagai stagnasi. Ketika sudah jengah pada harapan, ketika sudah dirasa payah bertahan. Jangan buru-buru memutuskan untuk berhenti. Kita hanya perlu menepi. Memberi ruang pada dirisendiri. Ingat ini hanya fas

Idul Adha

Dulu aku belum paham makna Idul Adha. Lalu aku bertemu tulisan ini, entah siapa yang menulis: "Setiap kita adalah lbrahim. lbrahim punya Ismail. "Ismailmu mungkin hartamu, Ismailmu mungkin jabatanmu. Ismailmu mungkin gelarmu. ismailmu mungkin egomu. Ismailmu adalah sesuatu yang kau sayangi dan kau pertahankan di dunia ini. lbrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail. Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa 'kepemilikan ' terhadap Ismail karena hakikatnya semua adalah milik Allah." Idul Adha adalah tentang percaya dan ikhlas, dua hal yang paling berat dan butuh keberanian sebagai manusia. Banyak hal-hal yang dulu biasa sekarang terasa ' mewah' . Banyak yang kita rasa sudah jadi bagian hidup kita namun ternyata harus kita lepas.  Namun seperti yang kupelajari dalam beberapa tahun terakhir ketika beragam ujian menghampiri, ketika aku ikhlas dan berserah kepada Allah, justru di saat itulah Allah memberi nikmat yang luar biasa. Dia mungkin tut

Andai Bisa Pilih....

ANDAI BISA PILIH...Tapi kita ngga bisa samain posisi kita dengan mereka lainnya.  Semua tentang jalan kehidupan. Di dalamnya ada sebuah keputusan, pilihan, pengorbanan dan lain sebagainya. Janganlah mencoba untuk membandingkan. Karena kita ngga tau, apa yang sebenarnya sedang ia perjuangkan. Karena kita tidak pernah tahu seberapa keras usaha seseorang untuk mencintai jalan takdirnya. Kalo sekarang lagi diuji, berarti sedikit lagi akan naik kelas ke yang lebih tinggi. Dan kalo merasa udah berusaha, udah berdoa tapi nggak ada jawabannya, mungkin kamu lupa, dari dulu kalo lagi ujian, guru nggak mungkin ngasih "jawaban". Tenang saja, Allah nggak ke mana-mana. Kamunya sabar aja. Allah udah nyiapin jawabannya. Kamunya percaya aja. Berulangkali selalu ingat kan diri, bahwa semua akan baik baik saja. Sebab ada banyak sekali hal yang tak bisa kita kendalikan. Ada banyak sekali rencana yang belum tentu akan jadi baik. Oleh karena itu berserah adalah hal paling tepat. Sebab di sana ada

Bertahan bukan berarti Berhenti

Kepada waktu..  Terimakasih telah mendekap.. Setia beri harap.. Hingga tiba saat yang selalu kudoa Dengan jalan tak terduga.. Waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru kemarin berada dititik terendah dalam hidup. Kini masa itu telah terlewati, meskipun sakitnya membekas, rasa ngga enak nya masih ada, rasa sakitnya masih tersisa. Namun saya yakin seiring berubahnya waktu dan masa semua akan baik-baik saja.  Terimakasih kepada diriku sendiri, yang sampai hari ini terus berjuang dan tidak menyerah.  Hidup seringkali membawa kita pada pasang surut perasaan. Membuat kita tersenyum seolah tak mengapa, meski kita banyak memendam riuh dalam kepala. Adakalanya kita perlu hening. Sesekali kita butuh sepi untuk mendengar kata hati. Pura-pura bahagia seringkali membuat kita lupa apa sejatinya makna bahagia. Padahal kita sadar, tak perlu mewah rasakan indah. Tak perlu hal luar biasa untuk bahagia. Bahkan seringkali bahagia itu sederhana. Apa adanya. Bertahan tak mengapa selagi itu baik. Teruslah mel

Kecewa membuat Kita Kehilangan Respect ??

Manusia kerap kali menumbuhkan harapan dari keinginan-keinginan yang terus di pupuk. Tanpa disadari, dari sanalah rasa kecewa turut subur berkembang. Ketika perasaan itu muncul, kita menjadi terpuruk. Sejatinya, kekecewaan lahir dari harapan yang kita bentuk. Lainnya, memendam kecewa membuat kita kehilangan banyak hal. Rasa simpati, empati terhadap orang lain, bahkan bisa pada diri kita sendiri.  Perasaan yang begitu memuakkan. Tidak ada satu orangpun yang ingin berada disituasi ini.  Kita yang kecewa, kita yang sakit. Belum tentu dengan mereka.  Lalu, kemana ujungnya? Apa yang terjadi setelahnya? Lelah. Jengah, itu pasti. Diam, dan berhenti. Tidaklah demikian? Entah problem apa yang membuat kita kecewa. Bisa dengan orang lain, bisa juga dari diri sendiri.  Merawat baik hati agar luka lekas pergi. Biarkan yang tidak pantas menjauh, relakan yang menyakitkan. Maafkan yang mengecewakan. Mari berlari, biarkan yang lalu tertinggal jauh di belakang.