Tanpa harus mengutip dari siapapun, semuanya juga paham bahwa air mata menyimpan entah berapa banyak cerita dan rahasia. Setiap tetes membungkus peristiwa-peristiwa dan penyesalan yang menyertai.
Yang membasahi pipiku sekarang bukan menandai penyesalan, duka, atau kehilangan. Sesal, duka, dan rindu, meski sulit, bisa sembuh dengan berlalunya waktu. Dalam getir, setiap tetes tangis ini meratapi satu hal yang kebal bahkan dari waktu. Hati seorang perempuan berusia 27 tahun yang menantang kemustahilan dan berharap ada mujizat yang menghampirinya.
Namun begitulah dinamika hidup, kita akan dipertemukan dengan sesuatu yang jauh dari keinginan.
Bahwa hidup tak selalu melulu tentang senang, tak juga sekedar sedih. Ada batas yang memisahkan keduanya. Ada sebuah jeda yang bisa kita sebut sebagai stagnasi. Ketika sudah jengah pada harapan, ketika sudah dirasa payah bertahan.
Jangan buru-buru memutuskan untuk berhenti. Kita hanya perlu menepi. Memberi ruang pada dirisendiri. Ingat ini hanya fase, semua orang mengalaminya. Tentu dengan ujian yang berbeda, porsi yang berbeda. Bertahanlah.
Mari kita belajar menjalani proses tanpa protes
Belajar terus berbenah tanpa gampang menyerah
Belajar lebih mengerti dan memahami bahwa ngga semuanya harus bisa terpenuhi.
Belajar menerima bahwa ngga semua pinta bisa selalu ada di depan mata.
Semoga kita tumbuh menjadi manusia yang mudah menerima dan punya sabar yang lebih luas dari biasanya.
Komentar
Posting Komentar