Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Kecewa membuat Kita Kehilangan Respect ??

Manusia kerap kali menumbuhkan harapan dari keinginan-keinginan yang terus di pupuk. Tanpa disadari, dari sanalah rasa kecewa turut subur berkembang. Ketika perasaan itu muncul, kita menjadi terpuruk. Sejatinya, kekecewaan lahir dari harapan yang kita bentuk. Lainnya, memendam kecewa membuat kita kehilangan banyak hal. Rasa simpati, empati terhadap orang lain, bahkan bisa pada diri kita sendiri.  Perasaan yang begitu memuakkan. Tidak ada satu orangpun yang ingin berada disituasi ini.  Kita yang kecewa, kita yang sakit. Belum tentu dengan mereka.  Lalu, kemana ujungnya? Apa yang terjadi setelahnya? Lelah. Jengah, itu pasti. Diam, dan berhenti. Tidaklah demikian? Entah problem apa yang membuat kita kecewa. Bisa dengan orang lain, bisa juga dari diri sendiri.  Merawat baik hati agar luka lekas pergi. Biarkan yang tidak pantas menjauh, relakan yang menyakitkan. Maafkan yang mengecewakan. Mari berlari, biarkan yang lalu tertinggal jauh di belakang. 

Berpasrah 🤍

Sudah lama ya, tak terasa, kata-kata menguap begitu saja bagai kepul asap rokokmu. Dan selama itu pula keresahan terlewati, yang hilang terganti, yang sakit terobati, yang diinginkan telah di genggam tangan. Sepanjang hari tanpa hitungan detik, mengabaikan menit yang terus mengejar waktu, doa-doa terkumpul seperti buku yang tak terhitung lagi lembarannya. Setiap lembaran berisi kesemogaan, dimana air mata seakan tak pernah habis menulis kesedihan.  Pada saat yang baik, lelah mereda. Doa-doa melangit, hujan turunkan jawabnya. Memang ya, segalanya pasti akan terlewati, dan sebagian harus sudah disudahi. Diatas rencana-rencana hidup, ada hal yang tak boleh diabaikan. Bahwa takdir-Nya diluar matematika kita. Takdir terbebas dari angka-angka dan hitungan manusia. Namun dengan doa akan melampaui takdirnya. Percayalah doa mu akan didengar dan akan bekerja tepat pada waktu-Nya. Terimakasih kepada Sang Pencipta Semesta. Begitu baik Ia padaku, padamu, pada kita semua. Yang Maha Baik memang tak

Kita adalah Lakon

Selamat menjemput malam, sebentar lagi senja tenggelam dan bulan menggantikan kedudukan. Salam untuk kita semua yang senantiasa masih memelihara hati agar tetap terjaga. Tidak bisa dipungkiri, hal-hal yang pernah terjadi dalam hidup kita akan terus mengikuti. Namun, bukan berarti kita harus tinggal di masa lalu untuk selamanya. Barangkali singgah sebentar diperlukan untuk kemudian kembali sadar dan memperbaiki kesalahan. Aku punya masa lalu, kau pun begitu. Kita menutupnya tanpa bercerita apa-apa. Sekarang, yan terpenting adalah apa yang harus kita lakukan untuk saat ini dan nanti suatu hari. Hujan kembali datang dan menemani lantunan kata yang kucoba akan rangkai. Teringat sepenggal puisi bulan Juni milik Sapardi Joko Damono. Bersama derasnya, ia datangkan janji. Maka panjangkan doamu.. Dalam sajak bulan Juni milik Sapardi... Aku kembali meresapi. Bahwa rahasia-rahasia-Nya, akan terbuka suatu hari nanti. Bahwa apa yang sedang kita jalani kini, tentang perasaan dan hal-hal dimana tak d

Hidup Layaknya Bianglala

Sewaktu kecil kita gemar naik bianglala, yang berputar, melingkar, yang mendebarkan, yang membikin hati berdesir-desir. Lama setelahnya, kita pun sadar. Bahwa hidup seperti bianglala, terus berputar, tak mau diam. Suatu waktu kita berada di bawah. Merangkak naik,  mencapai tujuan sampai ke atas. Bukankah itu yang semua orang inginkan?  P erjalanan hidup lancar, segala harapan menjadi kenyataan. Tapi, kita kerap lupa, gerak bianglala bukan semaunya. Melainkan diatur sebagaimana baiknya. Ia memiliki kendali. Ya, seperti itulah kita hidup. Yang terjadi, yang dimiliki, sebab dan akibat, semua bermula dari DIRI SENDIRI. Kita yang mengendalikannya. Bukan siapa siapa, hanya DIRI SENDIRI. Bianglala dalam hidupmu jangan sampai berhenti berputar. Bukankah kita pernah berada di titik terendahnya? Mengeluh, ingin berhenti saja, sakit, kecewa, rasa yang tak semua orang inginkan, seakan membuat kita tak layak mendapatkan kebahagiaan. Tapi, kita keliru. Bianglala ini harus berputar sampai pa

Menjadi Manusia ?

Kita sebagai manusia terlalu banyak bertanya mengapa  sedang Tuhan dengan kepastian rencana-Nya, tengah asyik menilai kita. Begitulah Tuhan, kan Kau tahu sendiri, manusia suka sekali menerka, mengira-ngira segala kemungkinan. Tidak bisakah kita---sebagai manusia---sedia menerima dan berlapang dada? Barangkali bicara semudah itu, dan kita menyangka kenyataan semenyedihkan ini. Memang, tidak ada yang mudah. Tapi tidak juga melulu sedih. Tuhan yang Baik sedang menghapus badai di matamu dengan berbagai cara. Tolong jangan merasa sendiri dan menjadi orang yang paling sunyi. Memang tidak mudah, dan akan selalu begitu. Namanya juga manusia, selalu menerka dan bertanya. Tidak perlu menyalahkan siapa-siapa jika kita belum bisa berlapang dada. Namun tidak juga memaklumi sifat yang ada pada manusia. Sebenarnya, ada hal yang bisa lakukan dengan mengurangi keluh dan perbanyak bersyukur. Mungkin kita lupa, bahwa posisi yang saat ini kita keluhkan, barangkali adalah posisi yang orang lain inginkan. K

Kita yang tambah KUAT

Mulainya kau tak mengerti mengapa harus melewati jalan ini? Mengapa harus aku? Mengapa tidak dia, mengapa bukan temanmu.  Mulanya... kau ragu untuk melanjutkan perjalanan. Kepalamu seringkali meracau yang tidak tidak, yang bahkan belum tentu terjadi. Barangkali, karena kecewamu menggunung, harapanmu meratap seperti ombak menggulung. Kau bertakut dengan segala prasangka.  Setiap kita punya ujiannya masing masing, punya masalahnya sendiri sendiri. Kita tidak bisa mengatakan bahwa "ujiankulah yang paling besar". Sedang disaat bersamaan ada yang lebih sukar dari itu. Tapi memilih diam dan mengadukannya hanya kepada Tuhan.  Ujian kita berbeda beda karena kemampuan kita pun demikian. Tetapi, semua tidak pernah terlepas dari kemampuan kita sendiri. Satu hal yang perlu kita ingat, saat Tuhan memberikan masalah atau ujian, Tuhan tahu kamu mampu. Dan semua ada waktunya. Mungkin hari ini memang belum saatnya. Namun tetaplah berprasangka baik, tetap melakukan yang terbaik. Bisa jadi Tuha