Langsung ke konten utama

Penerimaan

Ketika dunia dirasa sedang menuntut untuk berlomba dan bisa dalam semuanya, kamu harus percaya bahwa setiap manusia punya waktu terbaiknya. Waktu terbaik ini adalah waktu yang paling tepat untuk masing-masing manusianya. 
Nggak terlalu cepat, ngga juga dinilai terlambat.

Kamu juga harus percaya bahwa waktu yang tepat untuk setiap manusia ngga ada yang sama. 
Jadi, kalau sekarang kamu masih dalam perjalanan, sedangkan orang lain sudah sampai di tujuan, ya gapapa....
Dan kalau sekarang kamu masih berproses, sedangkan, sedangkan orang lain sudah sukses, ya gapapa juga...
Kamu sabar dulu, masih belum giliran kamu..
Apapun masalah dan apapun yang sedang kamu usahakan, semoga selalu ada dalam perlindungan Tuhan. Tuhan pasti bantu dan Tuhan pasti melindungi kamu.

Porsi manusia itu beda-beda.
Beruntungnya beda, sedihnya beda,
Masalahnya beda, cobaannya beda. 
Semuanya dipikul sesuai pundak masing-masing. 
Ada yang sudah sampai, ada yang baru mulai.
Ada yang sudah berhasil, ada yang masih menunggu hasil. 
Semoga kita diberikan yang terbaik dijalan kita masing-masing. 

Dan harusnya, aku bisa memperbanyak prasangka baik pada hidup, karena apapun itu, itulah yang terbaik yang sudah Dia gariskan. 
Aku tetap percaya pada garis takdir, semua sudah ada yang ngatur. 
Tapi bagiku garis takdir itu masih bisa dinego, bisa bercabang, bisa melengkung. Sampai titik tertentu.

Seperti bermain kartu, kita tidak bisa kontrol kartu apa yang yang akan kita dapatkan. Bagian kita adalah memberikan permainan cantik dari kartu yang kita pegang. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memeluk Waktu

Hidup ini perjalanan yang menyimpan banyak rahasia. Kita pikir kita tahu, kita pikir kita ngerti, tapi sebenarnya kita ngga ngerti apa-apa kan? Besok bakal gimana, nanti bakal gimana, jalan ini akan lurus atau berbelok. Kita baru tahu saat sudah melalui. Saat udah lewat. Tapi satu hal yang pasti, dalam perjalanan itu kita semua akan bertemu dengan banyak orang. Sebagian cuma selewat, sebagian sempat singgah sesaat, sebagian tinggal, sisanya pergi ngga pernah kelihatan lagi. Biarpun begitu, setiap pertemuan, hubungan, dan bahkan perpisahan itu ada alasannya. Semuanya ada maknanya. Dan yang pasti kita semua tuh punya fungsi untuk satu sama lain.  Sekarang saatnya. Setelah cukup lama memberi jeda, aku ingin kembali pada diriku yang dulu. Ternyata untuk memulai kembali tidak semudah itu. Tidak apa. Aku akan tetap mencoba. Mulanya aku tidak tahu akan menulis tentang apa. Kata-kata begitu cepat menguap dan hilang begitu saja. Dan aku berpikir lagi, cukup lama. Lalu, ada yang terlintas....

Manusia Serapuh itu

Teorinya, manusia menduduki tahta tertinggi dibanding spesies lain  karena akal budi dan kebisaannya merasa.  Sodorkan pernyataan ini kepada siapa pun dan mereka akan mengangguk-angguk mengamini. Yang-luput disadari orang-orang adalah bahwa apa yang membuat manusia kuat juga jadi hal yang membuatnya lemah.  Our strength is our weakness . Kemampuan berpikir dan merasa itu justru menjadikan manusia makhluk yang lemah. Dan mau tahu apa yang membuat manusia paling rapuh?  Kata-kata .  Seuntai lirik lagu bisa dengan mudahnya menyeret seseorang ke kenangan-kenangan yang seharusnya tidak lagi menghuni ruang ingatan. Sepotong kata menyakitkan bisa serta merta membangkitkan amarah sama seperti satu kalimat sederhana punya kekuatan untuk membuat seseorang jatuh hati. Pujian bisa menerbangkan setinggi langit dan di waktu lain giliran celaan yang menjatuhkannya hingga terpuruk. Dihadapkan dengan kata-kata, manusia dan perasaannya serapuh itu. Manusia dan perasaannya selalu ...

Hidup Layaknya Bianglala

Sewaktu kecil kita gemar naik bianglala, yang berputar, melingkar, yang mendebarkan, yang membikin hati berdesir-desir. Lama setelahnya, kita pun sadar. Bahwa hidup seperti bianglala, terus berputar, tak mau diam. Suatu waktu kita berada di bawah. Merangkak naik,  mencapai tujuan sampai ke atas. Bukankah itu yang semua orang inginkan?  P erjalanan hidup lancar, segala harapan menjadi kenyataan. Tapi, kita kerap lupa, gerak bianglala bukan semaunya. Melainkan diatur sebagaimana baiknya. Ia memiliki kendali. Ya, seperti itulah kita hidup. Yang terjadi, yang dimiliki, sebab dan akibat, semua bermula dari DIRI SENDIRI. Kita yang mengendalikannya. Bukan siapa siapa, hanya DIRI SENDIRI. Bianglala dalam hidupmu jangan sampai berhenti berputar. Bukankah kita pernah berada di titik terendahnya? Mengeluh, ingin berhenti saja, sakit, kecewa, rasa yang tak semua orang inginkan, seakan membuat kita tak layak mendapatkan kebahagiaan. Tapi, kita keliru. Bianglala ini harus berputar ...