Langsung ke konten utama

Hidup itu Milik Tuhan

Apalah arti memiliki ketika bagian dari kami sendiri bukanlah milik kami ? 

Seandainya 1 manusia hanya boleh menyimpan satu cerita dalam hidupnya, saya yakin jutaan cerita telah dititipkan kepada hujan. Cerita berbeda terdapat di hujan yang sama....

Bagi saya hujan adalah pendengar yang baik, saat semua orang terdekat saya telah sibuk dengan kesibukan mereka, saya masih bisa menceritakan nya kepada hujan. Perasaan yang belum pernah kubocorkan kepada siapapun, perasaan yang bahkan orang terdekatku pun belum mengetahuinya.
Hujan mengajariku banyak hal, tentang keikhlasan, perjuangan, ketulusan, kesuksesan, kebersamaan, dan tentang keindahan.
Hujan begitu kuat, dia tidak takut jatuh padahal dia mengetahui bahwa dia pasti akan hancur.

Mengutip salah satu kalimat dari tokoh besar kita Bung Karno yang berbunyi " Ada saatnya dalam hidupmu engkau ingin sendiri saja bersama angin menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata "

Beberapa peristiwa terakhir yang terjadi di hidup saya, memaksaku untuk menjalani hari buruk yang sangat kejam. Kejadian yang sejujurnya membuat saya sangat rapuh, begitu sangat terpukul seperti mendapat tamparan yang begitu keras dan berkali kali pula, kejadian yang saya rasa akan sulit sekali saya terima. Namun saya masih beruntung, masih ada orang - orang baik di sekitar saya yang senantiasa menguatkan dan menyemangati. Terimakasih untuk Telinga yang selalu mendengar, hati yang selalu memahami dan tangan yang siap menolong, kapanpun saya membutuhkan. Semoga Tuhan senantiasa membaikkan kehidupan kita semua. Aamiin. 

Hari-hari berjalan tidak sesuai dengan harapan, penolakan batin yang luar biasa saya alami dalam menghadapi kejadian ini. Kenapa harus terjadi sekarang? mungkin pertanyaan itu yang selalu meyelimuti. Tidak mungkin! itulah penolakan yang selalu saya ucapkan. Menata hati, menguatkan mental, karena ini tidak akan pernah mudah untuk diterima siapapun yang mengalaminya. Mencari jalan keluar terbaik yang bisa dilakukan, sebagai bentuk perjuangan menghadapi keadaan yang sulit ini. 
Tidak tahu kapan hati mampu menerima ini semua. Tapi saya selalu percaya, cepat atau lambat Tuhan punya cara untuk menguatkan hamba-Nya. 

Teka teki dalam hidup dan segala pertanyaan tentang kapan, siapa, bagaimana, apa hadir silih berganti dalam pikiran saya. Namun biarlah pertanyaan itu menjadi tugas untuk Tuhan dan waktu yang akan menjawabnya. Lagi-lagi, tugas kita sama, mengusahakan yang terbaik. Percaya saja sebab kita akan selalu berada di pengaturan-Nya dalam alur cerita pemilik skenario terbaik. 
Hari ini mungkin kita belum mengerti, tapi nanti setelah berbilang tahun, kita boleh jadi baru bisa melihat keseluruh kisah, pada potongan cerita yang telah terangkai. Bersama waktu kita akan paham, dibalik setiap kejadian, disana Allah punya sebaik-baiknya alasan. Karena kembali lagi hidup itu milik Tuhan. Berusaha untuk menerima sesuatu yang tidak seperti apa yang kamu mau, apalagi inginmu. Pikirkan segala sesuatunya dengan jernih, dan penuh maklum, bahkan penuh dengan maaf. Kehidupan ini yang mengatur Tuhan bukan kita, apalagi semua kita. Suka-suka Tuhan akan melakukan apa. Kita ini hamba, tak patut memaksa. Maka berbesar hatilah dan lakukan yang terbaik. Berusaha ikhlas dan menerima dengan hati yang penuh syukur dan jangan lupa senantiasa mengandalkan Tuhan. 

Hingga pada akhirnya kejadian yang saya alami membuat saya harus banyak belajar.
Bahwa tidak selamanya hidup ini indah, kadang Allah mengizinkan kita untuk mengalami derita. Tapi, saya tahu bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita. Sebab itu kita harus menikmati hidup dengan cara bersyukur.
Saya juga belajar bahwa tidak ada kejadian yang harus di sesali dan di tangisi karena semua adalah Rancangan-Nya yang akan indah pada waktunya. Meskipun saat ini belum indah tapi, saya yakin keindahan itu akan datang tepat pada waktunya, entah itu besuk, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan atau bahkan  kapanpun itu biar Tuhan yang mengaturnya.
Tidak semua yang saya harapkan akan menjadi kenyataan tapi saya tahu bahwa itu lebih baik dari apa yang saya rencanakan. Maka menerima dengan penuh sukacita adalah pilihan tanpa mencaci dan membenci. Karena hidup pada sejatinya bagaimana mensyukuri yang ada, dan menerima keadaan. 

Apapun itu yang terjadi di dunia ini atas kehendak-Nya. Kejadian baik maupun buruk, menyenangkan ataupun menyakitkan semua telah di gariskan-Nya. Kita sebagai manusia hanya bisa menerimanya dengan Ikhlas, berharap ada hikmah yang indah di balik kejadian yang menimpa kita.
Saya pernah mendengar ungkapan berikut ini entah siapa yang menyampaikan karena sejujurnya saya lupa .... tapi saya sangat setuju dengan pendapat ini ....
"Ketika Hati sudah tidak mampu lagi menahan kesedihan maka Menangis adalah pilihan". Jangan gengsi untuk menangis seperti yang saya alami, saya malu untuk meneteskan air mata. Tapi itu salah justru dengan menangis akan membuat perasaan saya sedikit tenang, meskipun tidak menyelesaikan masalah tapi setidaknya kita merasa sedikit lega.
"Dan ketika Hidup sudah tidak mampu lagi untuk di hadapi Berdoalah" mohon kepada sang Pencipta untuk menjadikan kita pribadi yang kuat sehingga mampu melewati setiap ujian hidup dengan penuh keikhlasan dan kerihoan. 

Saya yakin dan percaya di belakang kita ada kekuatan tak terhingga.....
Di hadapan kita ada kemungkinan tanpa batas......
Di sekitar kita ada kesempatan yang tiada akhir ....
Lebih dari itu, di atas ada  Allah yang selalu menyertai
Kasih Sayang Allah SWT kepada kita seperti lingkaran tak berawal dan TIDAK PERNAH BERAKHIR..!!

Hidup dan Mati ada dalam genggaman Illahi. Takdir adalah kepastian. Proses kehidupan adalah hakikat, sementara hasil akhir adalah syariat. Aku adalah orang yang akan selalu percaya bahwa mukjizat itu ada dan Anugarah Tuhan itu diatas segalanya. 

Terimaksih semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memeluk Waktu

Hidup ini perjalanan yang menyimpan banyak rahasia. Kita pikir kita tahu, kita pikir kita ngerti, tapi sebenarnya kita ngga ngerti apa-apa kan? Besok bakal gimana, nanti bakal gimana, jalan ini akan lurus atau berbelok. Kita baru tahu saat sudah melalui. Saat udah lewat. Tapi satu hal yang pasti, dalam perjalanan itu kita semua akan bertemu dengan banyak orang. Sebagian cuma selewat, sebagian sempat singgah sesaat, sebagian tinggal, sisanya pergi ngga pernah kelihatan lagi. Biarpun begitu, setiap pertemuan, hubungan, dan bahkan perpisahan itu ada alasannya. Semuanya ada maknanya. Dan yang pasti kita semua tuh punya fungsi untuk satu sama lain.  Sekarang saatnya. Setelah cukup lama memberi jeda, aku ingin kembali pada diriku yang dulu. Ternyata untuk memulai kembali tidak semudah itu. Tidak apa. Aku akan tetap mencoba. Mulanya aku tidak tahu akan menulis tentang apa. Kata-kata begitu cepat menguap dan hilang begitu saja. Dan aku berpikir lagi, cukup lama. Lalu, ada yang terlintas.  Pada

Hidup Layaknya Bianglala

Sewaktu kecil kita gemar naik bianglala, yang berputar, melingkar, yang mendebarkan, yang membikin hati berdesir-desir. Lama setelahnya, kita pun sadar. Bahwa hidup seperti bianglala, terus berputar, tak mau diam. Suatu waktu kita berada di bawah. Merangkak naik,  mencapai tujuan sampai ke atas. Bukankah itu yang semua orang inginkan?  P erjalanan hidup lancar, segala harapan menjadi kenyataan. Tapi, kita kerap lupa, gerak bianglala bukan semaunya. Melainkan diatur sebagaimana baiknya. Ia memiliki kendali. Ya, seperti itulah kita hidup. Yang terjadi, yang dimiliki, sebab dan akibat, semua bermula dari DIRI SENDIRI. Kita yang mengendalikannya. Bukan siapa siapa, hanya DIRI SENDIRI. Bianglala dalam hidupmu jangan sampai berhenti berputar. Bukankah kita pernah berada di titik terendahnya? Mengeluh, ingin berhenti saja, sakit, kecewa, rasa yang tak semua orang inginkan, seakan membuat kita tak layak mendapatkan kebahagiaan. Tapi, kita keliru. Bianglala ini harus berputar sampai pa

Bertahanlah

Tanpa harus mengutip dari siapapun, semuanya juga paham bahwa air mata menyimpan entah berapa banyak cerita dan rahasia. Setiap tetes membungkus peristiwa-peristiwa dan penyesalan yang menyertai.  Yang membasahi pipiku sekarang bukan menandai penyesalan, duka, atau kehilangan. Sesal, duka, dan rindu, meski sulit, bisa sembuh dengan berlalunya waktu. Dalam getir, setiap tetes tangis ini meratapi satu hal yang kebal bahkan dari waktu. Hati seorang perempuan berusia 27 tahun yang menantang kemustahilan dan berharap ada mujizat yang menghampirinya.  Namun begitulah dinamika hidup, kita akan dipertemukan dengan sesuatu yang jauh dari keinginan.  Bahwa hidup tak selalu melulu tentang senang, tak juga sekedar sedih. Ada batas yang memisahkan keduanya. Ada sebuah jeda yang bisa kita sebut sebagai stagnasi. Ketika sudah jengah pada harapan, ketika sudah dirasa payah bertahan. Jangan buru-buru memutuskan untuk berhenti. Kita hanya perlu menepi. Memberi ruang pada dirisendiri. Ingat ini hanya fas