Langsung ke konten utama

Penyelamat Jiwa

Setelah sekian lama nggak nulis, kali ini saya memutuskan untuk kembali pada laptop πŸ˜….
Masih belajar untuk terus merangkai kata, agar menjadi sebuah wacana yang sempurna.

Oh ya, tahun lalu saya sudah wisuda lo.. tepatnya di Oktober 2020. Bahagia dan bersyukur banget pastinya. Finally 4 tahun yang penuh dengan perjuangan namun bukan berarti tanpa kesan.. Indah sekali. hehehee. Okay skip aja ya cerita tentang kelulusanπŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€

Akhir-akhir ini kita sering dikejutkan dengan hal yang tidak menyenangkan"hidup kok gini banget ya, kenapa ini terjadi sama saya? dan masih banyak hal lain yang kita keluhkan. Saya yakin semua orang pernah mengalaminya. Manusiawi, dan wajar, kita manusia yang sukanya ngeluh sama keadaan, apalagi itu diluar ekspektasi kita. Tentu setiap orang memiliki reaksi yang berbeda atas setiap keadaan ataupun kejadian itu. Dan reaksi itulah yang membedakan setiap individu satu dengan individu yang lainnya. 
Kita mungkin boleh larut dengan keadaan yang menimpa kita, larut terlalu sedih bisa juga terlalu bahagia.
Namun yang saya yakini sedih dan bahagia hanya titipan dan keduanya seringkali hadir bergantian. Berulangkali harus selalu kita ingatkan pada diri ini setiap orang sudah punya jatah waktu dan cerita nya sendiri-sendiri, kalau memaksa diri agar bekerja, menikah, kuliah S2, S3 secepat oranglain, barangkali mungkin akhirnya malah tidak baik. Penyelamat jiwa yang dibutuhkan di zaman sekarang adalah berhenti menghakimi yang bukan porsi dan kurangi membandingkan. Kita manusia tidak mempunyai kuasa untuk memaksa, apalagi semau kita. Dalam hidup ini kita sedang menjalani cerita kita masing-masing, bisa menjadi peran utama atau hanya menjadi pemirsa, tidak masalah. Namun harus dipastikan bahwa dari cerita tersebut kita selalu siap untuk cerita-cerita selanjutnya. Tidak ada yang tahu, bagaimana dan seperti apa cerita kehidupan kita, hingga benar-benar dapat membentuk pribadi kita yang seutuhnya. Saatnya kita menikmati indahnya takdir. Tidak perlu membandingkan diri kita dengan oranglain, kalau saat ini kita merasa diposisi terendah dalam hidup, percayalah kita adalah pribadi-pribadi yang kuat, Allah menguatkan kita dengan cara yang berbeda, mungkin juga Allah rindu rintihan doa, air mata dan permohonan ampun bisa juga menguji kesabaran kita. Kalau saat ini kita sedang bahagia sekali, juga harus ingat akan kuasa mengucap syukur, syukur yang tidak akan pernah terbatas, yang layak kita sertakan dalam setiap hembusan nafas. Yapss.. This is life, inilah takdir terindah.... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memeluk Waktu

Hidup ini perjalanan yang menyimpan banyak rahasia. Kita pikir kita tahu, kita pikir kita ngerti, tapi sebenarnya kita ngga ngerti apa-apa kan? Besok bakal gimana, nanti bakal gimana, jalan ini akan lurus atau berbelok. Kita baru tahu saat sudah melalui. Saat udah lewat. Tapi satu hal yang pasti, dalam perjalanan itu kita semua akan bertemu dengan banyak orang. Sebagian cuma selewat, sebagian sempat singgah sesaat, sebagian tinggal, sisanya pergi ngga pernah kelihatan lagi. Biarpun begitu, setiap pertemuan, hubungan, dan bahkan perpisahan itu ada alasannya. Semuanya ada maknanya. Dan yang pasti kita semua tuh punya fungsi untuk satu sama lain.  Sekarang saatnya. Setelah cukup lama memberi jeda, aku ingin kembali pada diriku yang dulu. Ternyata untuk memulai kembali tidak semudah itu. Tidak apa. Aku akan tetap mencoba. Mulanya aku tidak tahu akan menulis tentang apa. Kata-kata begitu cepat menguap dan hilang begitu saja. Dan aku berpikir lagi, cukup lama. Lalu, ada yang terlintas.  Pada

Hidup Layaknya Bianglala

Sewaktu kecil kita gemar naik bianglala, yang berputar, melingkar, yang mendebarkan, yang membikin hati berdesir-desir. Lama setelahnya, kita pun sadar. Bahwa hidup seperti bianglala, terus berputar, tak mau diam. Suatu waktu kita berada di bawah. Merangkak naik,  mencapai tujuan sampai ke atas. Bukankah itu yang semua orang inginkan?  P erjalanan hidup lancar, segala harapan menjadi kenyataan. Tapi, kita kerap lupa, gerak bianglala bukan semaunya. Melainkan diatur sebagaimana baiknya. Ia memiliki kendali. Ya, seperti itulah kita hidup. Yang terjadi, yang dimiliki, sebab dan akibat, semua bermula dari DIRI SENDIRI. Kita yang mengendalikannya. Bukan siapa siapa, hanya DIRI SENDIRI. Bianglala dalam hidupmu jangan sampai berhenti berputar. Bukankah kita pernah berada di titik terendahnya? Mengeluh, ingin berhenti saja, sakit, kecewa, rasa yang tak semua orang inginkan, seakan membuat kita tak layak mendapatkan kebahagiaan. Tapi, kita keliru. Bianglala ini harus berputar sampai pa

Bertahanlah

Tanpa harus mengutip dari siapapun, semuanya juga paham bahwa air mata menyimpan entah berapa banyak cerita dan rahasia. Setiap tetes membungkus peristiwa-peristiwa dan penyesalan yang menyertai.  Yang membasahi pipiku sekarang bukan menandai penyesalan, duka, atau kehilangan. Sesal, duka, dan rindu, meski sulit, bisa sembuh dengan berlalunya waktu. Dalam getir, setiap tetes tangis ini meratapi satu hal yang kebal bahkan dari waktu. Hati seorang perempuan berusia 27 tahun yang menantang kemustahilan dan berharap ada mujizat yang menghampirinya.  Namun begitulah dinamika hidup, kita akan dipertemukan dengan sesuatu yang jauh dari keinginan.  Bahwa hidup tak selalu melulu tentang senang, tak juga sekedar sedih. Ada batas yang memisahkan keduanya. Ada sebuah jeda yang bisa kita sebut sebagai stagnasi. Ketika sudah jengah pada harapan, ketika sudah dirasa payah bertahan. Jangan buru-buru memutuskan untuk berhenti. Kita hanya perlu menepi. Memberi ruang pada dirisendiri. Ingat ini hanya fas