Langsung ke konten utama

Kita yang tambah KUAT

Mulainya kau tak mengerti mengapa harus melewati jalan ini? Mengapa harus aku? Mengapa tidak dia, mengapa bukan temanmu. 

Mulanya... kau ragu untuk melanjutkan perjalanan. Kepalamu seringkali meracau yang tidak tidak, yang bahkan belum tentu terjadi. Barangkali, karena kecewamu menggunung, harapanmu meratap seperti ombak menggulung. Kau bertakut dengan segala prasangka. 

Setiap kita punya ujiannya masing masing, punya masalahnya sendiri sendiri. Kita tidak bisa mengatakan bahwa "ujiankulah yang paling besar". Sedang disaat bersamaan ada yang lebih sukar dari itu. Tapi memilih diam dan mengadukannya hanya kepada Tuhan. 

Ujian kita berbeda beda karena kemampuan kita pun demikian. Tetapi, semua tidak pernah terlepas dari kemampuan kita sendiri. Satu hal yang perlu kita ingat, saat Tuhan memberikan masalah atau ujian, Tuhan tahu kamu mampu. Dan semua ada waktunya. Mungkin hari ini memang belum saatnya. Namun tetaplah berprasangka baik, tetap melakukan yang terbaik. Bisa jadi Tuhan ingin melihat kesungguhan itu lebih dulu. Tuhan ingin tahu sejauh mana kamu menginginkannya dan membawanya dalam doa.

Ingatlah bahwa sesuatu yang pernah kau ragukan itu akan membuka mata dan hati, bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan menghendaki. Untuk segala hal yang terjadi, baik dan buruk, berserahlah kepada-Nya. Barangkali kita pernah kecewa dan hancur, sebab rencana jauh dari harapan, dan berakhir dengan ratapan. Kita mengira, dunia tidak adil. Semesta terlalu payah bercanda. Tidak Lucu. Sama sekali tidak lucu. Kita tidak paham, ada pesan yang tersemat, ada sirat yang diisyaratkan dibalik perih, pedih, yang kita rasakan. Tidak. Kita tidak paham sampai Tuhan membalikkan memori di kepala ini. Memutar kisah masalalu. Bagaimana diri ini begitu angkuh berjalan di bumi-Nya..

Memang kau sempat menduga duga, berfikir sampai kemana mana, pada apapun yang justru menambah cemas. Memang, kau sempat larut dalam ketakutan itu sebelum akhirnya mengerti bahwa segala sesuatu tidak bisa dipaksakan sesuka kehendak hati. 

Meski kadang berakhir mengecewakan, meski kenyataan memaksamu membuka mata lebih lebar, meski yang kau dapatkan membuat detak jantungmu tak karuan.. ketahuilah.....semua hanya berlaku sementara. Waktu tak akan membiarkannya bertahan lama...

Kau pun menyadari, melewati jalan demi jalan ini bukanlah tanpa alasan. Langkahmu memberi cara untuk matamu melihat bagaimana dunia bekerja. Dan sekarangpun, tak pernah kau sangka, kakimu masih ingin terus berjalan, hatimu semakin teguh bertahan melebihi rasa takutmu terdahulu. 

Kau pun paham, Tuhan mengatur segalanya, sebaik baiknya. Manusia kadang dibutakan karena kecewa, dan menilai semua yang terjadi hanyalah berisi kesalahan serta sia sia. Sejatinya, yang Maha Tahu, tak akan pernah menyesatkan hamba-Nya. Ia ada disini, disetiap langkahmu, diam dan abadi di hatimu.

Maka, teruskanlah langkah lajumu. Tidak ada yang sia sia. 

Jika tidak melewati jalan ini, barangkali tidak mungkin sampai disini. 

Jika tidak merasakan segalanya ini, barangkali tidak sampai di titik terhebat ini. 

Bagaimana nanti jalannya... entah terjal, curam, berliku, berkelok, tidak ada alasan untuk menyerah. Jangan mau kalah. Takdir meminta bahumu untuk lebih kuat dan tabah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memeluk Waktu

Hidup ini perjalanan yang menyimpan banyak rahasia. Kita pikir kita tahu, kita pikir kita ngerti, tapi sebenarnya kita ngga ngerti apa-apa kan? Besok bakal gimana, nanti bakal gimana, jalan ini akan lurus atau berbelok. Kita baru tahu saat sudah melalui. Saat udah lewat. Tapi satu hal yang pasti, dalam perjalanan itu kita semua akan bertemu dengan banyak orang. Sebagian cuma selewat, sebagian sempat singgah sesaat, sebagian tinggal, sisanya pergi ngga pernah kelihatan lagi. Biarpun begitu, setiap pertemuan, hubungan, dan bahkan perpisahan itu ada alasannya. Semuanya ada maknanya. Dan yang pasti kita semua tuh punya fungsi untuk satu sama lain.  Sekarang saatnya. Setelah cukup lama memberi jeda, aku ingin kembali pada diriku yang dulu. Ternyata untuk memulai kembali tidak semudah itu. Tidak apa. Aku akan tetap mencoba. Mulanya aku tidak tahu akan menulis tentang apa. Kata-kata begitu cepat menguap dan hilang begitu saja. Dan aku berpikir lagi, cukup lama. Lalu, ada yang terlintas.  Pada

Hidup Layaknya Bianglala

Sewaktu kecil kita gemar naik bianglala, yang berputar, melingkar, yang mendebarkan, yang membikin hati berdesir-desir. Lama setelahnya, kita pun sadar. Bahwa hidup seperti bianglala, terus berputar, tak mau diam. Suatu waktu kita berada di bawah. Merangkak naik,  mencapai tujuan sampai ke atas. Bukankah itu yang semua orang inginkan?  P erjalanan hidup lancar, segala harapan menjadi kenyataan. Tapi, kita kerap lupa, gerak bianglala bukan semaunya. Melainkan diatur sebagaimana baiknya. Ia memiliki kendali. Ya, seperti itulah kita hidup. Yang terjadi, yang dimiliki, sebab dan akibat, semua bermula dari DIRI SENDIRI. Kita yang mengendalikannya. Bukan siapa siapa, hanya DIRI SENDIRI. Bianglala dalam hidupmu jangan sampai berhenti berputar. Bukankah kita pernah berada di titik terendahnya? Mengeluh, ingin berhenti saja, sakit, kecewa, rasa yang tak semua orang inginkan, seakan membuat kita tak layak mendapatkan kebahagiaan. Tapi, kita keliru. Bianglala ini harus berputar sampai pa

Bertahanlah

Tanpa harus mengutip dari siapapun, semuanya juga paham bahwa air mata menyimpan entah berapa banyak cerita dan rahasia. Setiap tetes membungkus peristiwa-peristiwa dan penyesalan yang menyertai.  Yang membasahi pipiku sekarang bukan menandai penyesalan, duka, atau kehilangan. Sesal, duka, dan rindu, meski sulit, bisa sembuh dengan berlalunya waktu. Dalam getir, setiap tetes tangis ini meratapi satu hal yang kebal bahkan dari waktu. Hati seorang perempuan berusia 27 tahun yang menantang kemustahilan dan berharap ada mujizat yang menghampirinya.  Namun begitulah dinamika hidup, kita akan dipertemukan dengan sesuatu yang jauh dari keinginan.  Bahwa hidup tak selalu melulu tentang senang, tak juga sekedar sedih. Ada batas yang memisahkan keduanya. Ada sebuah jeda yang bisa kita sebut sebagai stagnasi. Ketika sudah jengah pada harapan, ketika sudah dirasa payah bertahan. Jangan buru-buru memutuskan untuk berhenti. Kita hanya perlu menepi. Memberi ruang pada dirisendiri. Ingat ini hanya fas