Kita sebagai manusia terlalu banyak bertanya mengapa sedang Tuhan dengan kepastian rencana-Nya, tengah asyik menilai kita. Begitulah Tuhan, kan Kau tahu sendiri, manusia suka sekali menerka, mengira-ngira segala kemungkinan. Tidak bisakah kita---sebagai manusia---sedia menerima dan berlapang dada? Barangkali bicara semudah itu, dan kita menyangka kenyataan semenyedihkan ini. Memang, tidak ada yang mudah. Tapi tidak juga melulu sedih. Tuhan yang Baik sedang menghapus badai di matamu dengan berbagai cara. Tolong jangan merasa sendiri dan menjadi orang yang paling sunyi.
Memang tidak mudah, dan akan selalu begitu. Namanya juga manusia, selalu menerka dan bertanya. Tidak perlu menyalahkan siapa-siapa jika kita belum bisa berlapang dada. Namun tidak juga memaklumi sifat yang ada pada manusia. Sebenarnya, ada hal yang bisa lakukan dengan mengurangi keluh dan perbanyak bersyukur. Mungkin kita lupa, bahwa posisi yang saat ini kita keluhkan, barangkali adalah posisi yang orang lain inginkan. Kita juga sering lupa, selalu menganggap masalah kita lebih dari apa yang orang lain rasakan. Perlu kita ingat, bahwa kita sama-sama berjuang namun bukan berarti menyamakan perjuangan. Semua sudah punya jalannya masing-masing, sesuai takarannya sesuai dengan batas mampunya.
Segala bentuk kemungkinan, masih bisa luput dari kehidupan. Tidak dengan apa yang senantiasa disyukurkan, dicukupkan dalam tengadah lirihmu. Meski kau berbisik, meski kau menggumam, meski hanya membatin, meski kau hanya cukup memandang langit yang biru. Ia sudah sangat paham, bagaimana semua rencana harus berjalan, sebaik-baiknya.
Kadang kau merasa laju tak sepadan, kadang kau kira alur tak seiring, Tapi sudahkah kau mengenali kembali jalan yang telah sangat jauh di tempuh hingga kini ???? Jejak-jejak itu dapat kau kenang, untuk menapak tilas langkah kedua kakimu yang tak pernah sekalipun berhenti.... Meski Begitu Ingin....
Sudah saat nya kamu berdamai. Bukan melarikan diri. Berdamai dengan keadaan, terlebih lagi berdamai dengan dirimu sendiri. Berlatih jadi pendengar yang baik. Tak perlu tergesa percaya. Tak perlu pula terburu memberi makna. Menerima. Merelakan. Belajar dari paksaan hidup untuk mengikhaskan hingga benar-benar mengerti makna sesungguhnya. Bahwa hidup adalah misteri. Bahwa ada beberapa persoalan hidup yang tak bisa direncana, melainkan terjadi begitu saja, barangkali begitulah cara Tuhan mengaturnya. Bahwa andaipun kita berencana, tidak ada kuasa yang lebih kuat dari kehendak-Nya.
Komentar
Posting Komentar