Langsung ke konten utama

Kekuatan hati

Jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari, pertanda aku belum memejamkan mata untuk ber istirahat. Entah apa yang aku rasakan pada malam ini, rasanya sulit sekali untuk bisa ber istirahat. Akhir-akhir ini saya memang di hadapkan berbagai kejadian yang begitu menguras energi dan pikiran. okay.. hal ini skip ya.. tidak perlu untuk dibagikan... hehehe

Pada tulisan kali ini saya ingin berbagi pendapat tentang Cinta dan Kebencian. Dua hal yang beda nya hanya se-tipis benang. Cinta selalu di kaitkan dengan kebahagiaan, kasih sayang, dan menjaga. Sedangkan kebencian kebalikan dari rasa Cinta, kebencian identik dengan dendam, permusuhan, dan saling menyakiti. Cinta disini maknanya luas, tidak hanya cinta pada pasangan kita, namun juga cinta pada orangtua, teman, sahabat, rekan kerja, dan pada manusia-manusia lainnya. Pun berlaku juga pada benci itu sendiri, bisa terjadi kepada siapapun. 

Dulu ku kira hidup itu hanya hitam dan putih, halal dan haram, benar dan salah. Sampai bertemu mereka yang hitam dengan alasan, menjadi salah karena alasan, mencoba haram diikuti alasan. 
Awalnya kita beranggapan setiap orang yang menyakiti kita, melukai kita adalah orang yang salah, atau bahkan orang yang jahat, tidak ada kebaikan sedikitpun di hidupnya. Membuat kebencian dalam diri kita memuncak, adapula yang menimbulkan dendam. Tidak mengapa, manusiawi sekali kita punya perasaan yang seperti itu, namun jangan lama-lama, karena itu adalah "teman" yang tidak baik. Semakin lama kita berteman dengan kebencian, semakin sakit pula hidup yang kita jalani sehari-hari. Cobalah untuk menata hati, pelan-pelan dan seiring waktu berjalan, nantinya akan membuat kita paham, bahwa kebencian tidak layak ditumbuh kembangkan dalam dada. 
Benci itu sifat manusia, lantas apakah dengan benci itu menyelesaikan masalah? saat kita membalas keburukan orang lain, dengan keburukan yang serupa, lalu apa beda kita dengan dia????????

Jangan kamu tiru dosanya, jangan pula hakimi mereka, sebab itu bukan tugasmu. Bukannya benci menghabiskan energi? kenapa tidak coba tenang dan berhenti menghakimi yang bukan porsi? kembali berdiskusi dengan diri sendiri untuk mencari apa yang perlu diperbaiki. Ya, itu adalah kalimat penguat dan self reminder (pengingat diri) untuk mengontrol setiap perbuatan yang akan kita lakukan. Supaya lebih bijaksana dalam bersikap, hehehhehe

Setiap manusia saya yakin, telah dibekali akal dan hati nurani, jadi tidak mungkin jika tidak ada empati, walau hanya setitik saja. Jangan karena ada orang yang mencaci, berbuat kurang baik, kita mengira, dia orang yang jahat, tak memiliki hati. Tidak. Bukan begitu. Kita hanya belum mengerti. Jangan berkecil hati. Jangan berfikir dia tidak punya nurani. Bagaimana jika kita tengok kembali ke dalam diri sendiri. Apa yang sebenarnya harus dibenahi (lagi)??

Dalam hidup ini, tidak ada yang lebih indah selain menebar cinta dan kasih sayang pada sesama manusia lainnya. Tanpa terkecuali, termasuk pada mereka yang kita anggap telah menyakiti, membuat kita terluka, sakit hati yang begitu dalam. Tidak mengapa, pada akhirnya waktu kok yang akan menyembuhkan semuanya, dan semua akan kembali baik-baik saja. 
Pesan yang ingin saya sampaikan, tetaplah jadi baik!!!! Balas semua ketidakbaikan dari orang lain dengan Doa. Ketika kita disakiti, balas ia dengan kebaikan. Dengan begitu, bukankah kita bisa belajar kekuatan hati ??

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memeluk Waktu

Hidup ini perjalanan yang menyimpan banyak rahasia. Kita pikir kita tahu, kita pikir kita ngerti, tapi sebenarnya kita ngga ngerti apa-apa kan? Besok bakal gimana, nanti bakal gimana, jalan ini akan lurus atau berbelok. Kita baru tahu saat sudah melalui. Saat udah lewat. Tapi satu hal yang pasti, dalam perjalanan itu kita semua akan bertemu dengan banyak orang. Sebagian cuma selewat, sebagian sempat singgah sesaat, sebagian tinggal, sisanya pergi ngga pernah kelihatan lagi. Biarpun begitu, setiap pertemuan, hubungan, dan bahkan perpisahan itu ada alasannya. Semuanya ada maknanya. Dan yang pasti kita semua tuh punya fungsi untuk satu sama lain.  Sekarang saatnya. Setelah cukup lama memberi jeda, aku ingin kembali pada diriku yang dulu. Ternyata untuk memulai kembali tidak semudah itu. Tidak apa. Aku akan tetap mencoba. Mulanya aku tidak tahu akan menulis tentang apa. Kata-kata begitu cepat menguap dan hilang begitu saja. Dan aku berpikir lagi, cukup lama. Lalu, ada yang terlintas.  Pada

Hidup Layaknya Bianglala

Sewaktu kecil kita gemar naik bianglala, yang berputar, melingkar, yang mendebarkan, yang membikin hati berdesir-desir. Lama setelahnya, kita pun sadar. Bahwa hidup seperti bianglala, terus berputar, tak mau diam. Suatu waktu kita berada di bawah. Merangkak naik,  mencapai tujuan sampai ke atas. Bukankah itu yang semua orang inginkan?  P erjalanan hidup lancar, segala harapan menjadi kenyataan. Tapi, kita kerap lupa, gerak bianglala bukan semaunya. Melainkan diatur sebagaimana baiknya. Ia memiliki kendali. Ya, seperti itulah kita hidup. Yang terjadi, yang dimiliki, sebab dan akibat, semua bermula dari DIRI SENDIRI. Kita yang mengendalikannya. Bukan siapa siapa, hanya DIRI SENDIRI. Bianglala dalam hidupmu jangan sampai berhenti berputar. Bukankah kita pernah berada di titik terendahnya? Mengeluh, ingin berhenti saja, sakit, kecewa, rasa yang tak semua orang inginkan, seakan membuat kita tak layak mendapatkan kebahagiaan. Tapi, kita keliru. Bianglala ini harus berputar sampai pa

Bertahanlah

Tanpa harus mengutip dari siapapun, semuanya juga paham bahwa air mata menyimpan entah berapa banyak cerita dan rahasia. Setiap tetes membungkus peristiwa-peristiwa dan penyesalan yang menyertai.  Yang membasahi pipiku sekarang bukan menandai penyesalan, duka, atau kehilangan. Sesal, duka, dan rindu, meski sulit, bisa sembuh dengan berlalunya waktu. Dalam getir, setiap tetes tangis ini meratapi satu hal yang kebal bahkan dari waktu. Hati seorang perempuan berusia 27 tahun yang menantang kemustahilan dan berharap ada mujizat yang menghampirinya.  Namun begitulah dinamika hidup, kita akan dipertemukan dengan sesuatu yang jauh dari keinginan.  Bahwa hidup tak selalu melulu tentang senang, tak juga sekedar sedih. Ada batas yang memisahkan keduanya. Ada sebuah jeda yang bisa kita sebut sebagai stagnasi. Ketika sudah jengah pada harapan, ketika sudah dirasa payah bertahan. Jangan buru-buru memutuskan untuk berhenti. Kita hanya perlu menepi. Memberi ruang pada dirisendiri. Ingat ini hanya fas