Langsung ke konten utama

Keluh dan Harap

Hari demi hari kita saling membukukan mimpi. 

Entah sudah berapa juta kata, entah sudah berapa juta halamannya.

Kita tidak pernah menghitungnya, namun kita tahu setiap hari berisi lembar baru yang berupa keluh dan harap.

Waktu demi waktu terus berlalu. Semakin jauh, semakin kita belajar untuk terus tumbuh. Hari hari kemarin berisi keluhan yang tak jarang membuat kita menyesali apa yang telah terjadi. Kejadian yang barangkali suatu teguran, maupun akibat dari apa yang kita lakukan. Namun, hidup terus berjalan, harapan itu akan terus menyala. Dan tugasku hanyalah percaya. 

Perjuangan memang bisa dibilang belum membuahkan hasil sekarang, namun bukan berarti sia-sia. Mungkin kita harus bisa memaknainya sebagai cara Tuhan mengubah kepribadianmu untuk lebih baik, lebih sabar, dan lebih sadar. Bukannya masing-masing orang telah diberikan beban sesuai dengan porsinya? tidak kurang dan tidak lebih. Bagaimanapun upayanya tidak ada yang tidak akan kuat. Semuanya sanggup menanggungnya, jadilah kuat! sabar dan sadar. Tidak selamanya sedih terus bertahan, tidak selamanya juga hari-hari bercerita tentang hal yang menyakitkan. Sebab, sedih dan bahagia selalu hadir berdampingan. 

Tidak semua hal yang kita inginkan harus terjadi. Tak berjalan sesuai dengan harapan bukan berarti tidak ada kebaikan. Alur, kisah dan hidup kita Tuhan yang mengaturnya. Selagi kita percaya dan berbaik sangka semua akan baik-baik saja. Kebaikan dari Tuhan tak selalu tentang kebahagiaan. Sebab, boleh jadi berupa hikmah yang dibalut musibah. Sebuah makna yang dibalut dengan luka. Juga kepedihan lain yang menyimpan banyak pelajaran. Yang terbaik memang tidak selalu membahagiakan, namun kelak pasti akan melegakan. Mungkin terlihat sunyi, dan tersembunyi. Namun perkara esok itu sudah menjadi urusan Tuhan. Tugas kita adalah tetap berjalan sebagai upaya, dan ikhtiar terbaik kita untuk menyelesaikan cerita yang telah Tuhan aturkan. Mari melangkah lagi dengan semangat yang lebih besar, harapan yang lebih besar, dan dada yang lebih lapang. Kita terima seluruh rangkaian kisah suka dan duka hidup kita. Peluklah dengan erat sebagai bentuk penerimaan terbaik atas skenario indah dari Sang Pemilik Hidup. 

Satu yang saya yakini dalam hidup ini, bukannya setiap orang berhak atas satu harapan? lagipula bukankah harapan akan tetap tumbuh sebagaimana waktu berjalan? dan Harapan akan tetap ada bagi mereka yang terus percaya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memeluk Waktu

Hidup ini perjalanan yang menyimpan banyak rahasia. Kita pikir kita tahu, kita pikir kita ngerti, tapi sebenarnya kita ngga ngerti apa-apa kan? Besok bakal gimana, nanti bakal gimana, jalan ini akan lurus atau berbelok. Kita baru tahu saat sudah melalui. Saat udah lewat. Tapi satu hal yang pasti, dalam perjalanan itu kita semua akan bertemu dengan banyak orang. Sebagian cuma selewat, sebagian sempat singgah sesaat, sebagian tinggal, sisanya pergi ngga pernah kelihatan lagi. Biarpun begitu, setiap pertemuan, hubungan, dan bahkan perpisahan itu ada alasannya. Semuanya ada maknanya. Dan yang pasti kita semua tuh punya fungsi untuk satu sama lain.  Sekarang saatnya. Setelah cukup lama memberi jeda, aku ingin kembali pada diriku yang dulu. Ternyata untuk memulai kembali tidak semudah itu. Tidak apa. Aku akan tetap mencoba. Mulanya aku tidak tahu akan menulis tentang apa. Kata-kata begitu cepat menguap dan hilang begitu saja. Dan aku berpikir lagi, cukup lama. Lalu, ada yang terlintas.  Pada

Hidup Layaknya Bianglala

Sewaktu kecil kita gemar naik bianglala, yang berputar, melingkar, yang mendebarkan, yang membikin hati berdesir-desir. Lama setelahnya, kita pun sadar. Bahwa hidup seperti bianglala, terus berputar, tak mau diam. Suatu waktu kita berada di bawah. Merangkak naik,  mencapai tujuan sampai ke atas. Bukankah itu yang semua orang inginkan?  P erjalanan hidup lancar, segala harapan menjadi kenyataan. Tapi, kita kerap lupa, gerak bianglala bukan semaunya. Melainkan diatur sebagaimana baiknya. Ia memiliki kendali. Ya, seperti itulah kita hidup. Yang terjadi, yang dimiliki, sebab dan akibat, semua bermula dari DIRI SENDIRI. Kita yang mengendalikannya. Bukan siapa siapa, hanya DIRI SENDIRI. Bianglala dalam hidupmu jangan sampai berhenti berputar. Bukankah kita pernah berada di titik terendahnya? Mengeluh, ingin berhenti saja, sakit, kecewa, rasa yang tak semua orang inginkan, seakan membuat kita tak layak mendapatkan kebahagiaan. Tapi, kita keliru. Bianglala ini harus berputar sampai pa

Bertahanlah

Tanpa harus mengutip dari siapapun, semuanya juga paham bahwa air mata menyimpan entah berapa banyak cerita dan rahasia. Setiap tetes membungkus peristiwa-peristiwa dan penyesalan yang menyertai.  Yang membasahi pipiku sekarang bukan menandai penyesalan, duka, atau kehilangan. Sesal, duka, dan rindu, meski sulit, bisa sembuh dengan berlalunya waktu. Dalam getir, setiap tetes tangis ini meratapi satu hal yang kebal bahkan dari waktu. Hati seorang perempuan berusia 27 tahun yang menantang kemustahilan dan berharap ada mujizat yang menghampirinya.  Namun begitulah dinamika hidup, kita akan dipertemukan dengan sesuatu yang jauh dari keinginan.  Bahwa hidup tak selalu melulu tentang senang, tak juga sekedar sedih. Ada batas yang memisahkan keduanya. Ada sebuah jeda yang bisa kita sebut sebagai stagnasi. Ketika sudah jengah pada harapan, ketika sudah dirasa payah bertahan. Jangan buru-buru memutuskan untuk berhenti. Kita hanya perlu menepi. Memberi ruang pada dirisendiri. Ingat ini hanya fas